Thursday, September 29, 2011

My Baby Born

Seminggu setelah mengenang 40 hari meninggalnya Ayahanda tercinta tepatnya tanggal 17 Maret 2011, perutku mulai merasakan kontraksi yang mulai teratur. Hampir setiap 15 menit sekali kontraksi itu terjadi pada pukul 11 malam keluarga memutuskan untuk membawaku ke rumah bersalin namun ketika diperiksa masih pembukaan 2 padahal untuk proses kelahiran dibutuhkan pembukaan hingga ke-10, keesokan harinya kontraksi masih terus terjadi bidan menyuruhku untuk berjalan-jalan sekitar jam 10 bidan kembali memeriksaku dan ternyata masih bukaan 4, suster menanyakan apakah aku dapat menahan sakit? belum aku jawab bidan mengambil infus dan mulai menginfusku tak berapa lama kontraksi itu kian sering terjadi bahkan sakitnya melebihi kontraksi normal, tanpa kusadari airmata mengalir deras. Ya Allah Ya Rabb... rasa ini begitu sakit dan berulang-ulang, untuk mengalihkan rasa sakit aku mencoba untuk memikirkan bahwa sebentar lagi aku bisa memeluk malaikat kecilku yang selama 9 bulan ada dalam perutku.

Suamiku tidak berani masuk ke ruangan katanya dia tidak tega mendengar rintihanku, sedangkan ibuku sesekali melihatku berusaha menenangkanku dan terus memberikan semangatnya, tangannya membelai dahiku yang sudah penuh dengan keringat beliau kemudian menciumku dan membisikkan agar aku terus istigfar. Saat itu, aku memohon maaf kepada beliau karena selama ini banyak kesalahan yang telah aku lakukan dan sering membuat beliau merasa susah ataupun sedih. Dengan lembut ia berkata bahwa ia telah memaafkan semua kesalahanku dan tetaplah berusaha. Alhamdulillah Ya Allah Engkau menghadirkan Ibu yang sangat luar biasa dalam hidupku...

Beberapa jam kemudian bidan kembali memeriksa pembukaanku, dan ternyata sudah sampai pembukaan 7 dan air ketubanku pun pecah bidan kembali menyuruhku untuk menahan karena belum saatnya harus menunggu sampai pembukaan 10 baru aku diperbolehkan mendorong bayinya.

Hari itu merupakan hari terlama dalam hidupku, sakit luar biasa yang datang dan pergi terus menerus menghampiriku, beberapa jam kemudian bidan menyatakan bahwa sudah sampai pembukaan 10 dan sekarang saatnya mendorong, sekuat tenaga aku berusaha mendorong tapi bayiku belum mau keluar berulang kali aku lakukan hingga air ketuban ini sudah habis, bidan meminta para suster untuk membantu mendorong bayiku, tapi tetap tidak mau keluar.

Aku khawatir bahwa bayiku akan meminum air ketubannya, karena beberapa hari yang lalu aku pernah membaca ada bayi yang masuk ruang ICU karena diduga meminum air ketuban, sontak ketika bidan menawarkan untuk diteruskan kembali proses kelahiran secara normal aku langsung menolak. Cukup sudah Ayahku yang masuk ICU tapi tidak dengan bayiku.

Akhirnya bidan menemui ibu dan suamiku menyampaikan keinginanku untuk dirujuk ke RS lain dan melakukan proses cessar untuk kelahiran bayiku. Setelah mereka setuju sekitar pukul 1.30 bidan menyiapkan proses transfer ke RS Omni Internasional Pulomas tempat dimana dokter kandunganku bertugas.

Hari itu adalah hari Jum'at siang kondisi agak macet, lampu sirine ambulans terus menyala tapi tetap saja tidak bergerak karena sangat padat. Ibuku terus memanjatkan doa untukku sedang suamiku memegang tanganku mereka berusaha menenangkan aku.

Sesampai di RS, dokter kandunganku baru saja melakukan operasi jadi aku harus menunggu. Mungkin 30-60 menit aku menunggu dan kontraksi itu terus menerus mengaduk perutku. Ya Allah apa ini hukuman untukku karena suka menyusahkan ibuku?

Setelah beberapa lama kemudian suster menghampiriku, dia yang akan mengantarkan aku ke ruang operasi, sesampainya disana aku minta agar diberikan obat penahan sakit karena aku sudah tidak dapat menahannya lagi. Mereka lalu memasang oksigen, pemantau denyut nadi dan entah apalagi yang mereka siapkan, aku disuruh membungkuk kemudian hawa panas menjalari tubuhku. Alhamdulillah saat itu juga rasa sakit hilang.

Tepat pukul 16.25 aku dengar suara tangisan bayi, tangis haru menetes di pipiku. Aku minta kepada dokter agar memeriksa anakku karena aku khawatir ia minum air ketuban dan aku ingin IMD. Setelah bayi dibersihkan perawat datang dan menunjukkan malaikat kecilku dan aku dipersilahkan IMD meski hanya sebentar.

Namun ada yang aneh dengan kepalanya karena ada benjolan di atas kepalanya apakah anakku cacat? Ketika aku tanya kenapa dengan kepalanya sang perawat hanya berlalu pergi dan bilang nanti akan diberi obat.

Keluar dari ruang operasi aku tidak dapat langsung menyusui bayiku karena ia harus disinar dan dirawat kepalanya. Ternyata, benjolan di kepala itu adalah bagian yang sudah berhasil keluar setelah diberi obat keesokan harinya benjolan itu sudah tidak ada. Alhamdulillah.














Finally, Naufal Athar Zubaidi lahir pada tanggal 18 Maret 2011 dengan panjang 51 cm, dan berat 3880 gram.

No comments: